Sabtu, 21 November 2015

Tugas Pengoperasian Kapal Supply



TUGAS PENGOPERASIAN KAPAL SUPPLY

1.      Sebutkan dan jelaskan secara singkat langkah-langkah aktivitas eksploitasi minyak dan gas bumi lepas pantai dimana jenis kapal supply digunakan?
Jawab:
Langkah-langkah exploitasi adalah sebagai berikut:
a.   Para ahli geologi mencari minyak dan gas bumi dengan menggunakan citra satelit dan menganalisa permukaan batuan. Kemudian menandai dan menyatakan bahwa dilokasi tersebut kandungan minyak dan gas bumi.
b.    Setelah dilokasi tersebut positif mengandung minyak dan gas bumi dengan mengambil contoh tanah dan batuan. Kemudian para ahli geofisika mempelajari sifat-sifat fisik tanah dan batuan tersebut. Berbagai metode tahapan digunakan untuk mendukung hasil yang telah diperoleh ahli geologi.
c.     Kemudian kapal dengan peralatan seismologi melaksanakan operasi untuk mencari cadangan minyak dibawah laut dengan mendeteksi pantulan dan alat tersebut. Para ahli bisa menggambarkan peta susunan batuan dibawah permukaan bumi untuk menemukan letak dan besarnya cadangan minyak didalamnya.
d.   Jika cadangan minyak bumi dinyatakan banyak dan sesuai target pada suatu lokasi maka proses pengeboran mulai dilakukan. Untuk itu dibangunlah suatu anjungan explorasi (RIG), jenis RIG untuk pengeboran dibedakan berdasarkan konstruksi bangunannya yang disesuaikan dengan kedalaman laut tempat RIG tersebut diletakkan.
e.    Supata proses explorasi berjalan dengan lancar dan tepat dengan sasaran yang diharapkan RIG harus ditempatkan secara tepat dan aman. Untuk itu digunakan kapal-kapal supply jenis AHTS (Anchor Handling Towing and Supply). Kapal-kapal tersebut dioperasikan untuk menjamin ketetapan dan keselamatan dalam peletakan RIG serta kesuksesan proses explorasi.

2.   Dalam aktifitas instalasi lepas pantai (Offshore Installation Activity) didukung kapal-kapal dengan jenis dan fungsi yang berbeda. Sebutkan jenis dan fungsi dari kapal-kapal tersebut!
Jawab:
a.     Kapal AHT (Anchor Handling and Towing) digunakan untuk aktifitas mengangkut jangkar dari Barge/RIG dan menjatuhkan (Deployed) ke laut atau sebalikya dan juga menunda Barge/RIG. Kapal jenis ini biasanya main decknya sempit.
b.    Kapal AHTS (Anchor Handling Towing and Supply) tugas dan pekerjaannya sama dengan tipe kapal AHT dan dapat juga digunakan untuk menyuplay berbagai macam keperluan RIG atau Platform. Seperti menyuplay peralatan pengeboran, bahan makanan, air, minyak dan sebagainya. Sehingga kapal ini mempunyai main deck yang lebih luas dibandingkan dengan kapal AHT.
c.   Kapal Work Boat adalah kapal pengangkut tenaga kerja yang akan bekerja di Offshore, dilengkapi sejumlah ruang akomodasi yang besar untuk para penumpang. Untuk tipe besar disebut Accommodation Barge yang mampu menampung ratusan orang.
d.      Kapal DSV (Diving Supply Vessel) adalah kapal yang dipakai untuk explorasi penyelaman.
e.     Kapal PVS (Platform Supply Vessel) adalah kapal yang didesain khusus untuk transportasi barang dan personil dari pelabuhan ke platform atau antar platform. Ukurannya antara 65m hingga 350m.
f.   Kapal RV (Research Vessel) kapal Survey adalah kapal yang mempunyai fungsi untuk melakukan survey dan penelitian dibawah laut. Biasanya kapal ini difungsikan juga sebagai diving vessel.
g.     Cable Layer atau Cable Ship adalah kapal yang digunakan untuk penanaman kabel listrik dan telekominikasi dibawah laut. Memiliki bangunan kapal yang tinggi dan spool gulungan kapal yang sangat besar membuatnya berbeda dari jenis kapal lainya.

3.  Pada saat akan melaksanakan kegiatan bongkar muat di instalasi lepas pantai (Offshore Instalation) ada beberapa hal  yang harus diperhatikan untuk keselamatan kegiatan sesuai dengan code safe working practices for merchant seaman. Sebutkana minimal 5 hal yang perlu diperhatikan tersebut!
Jawab:
1.      Proses pemuatan diatas deck kapal
2.      Pemeriksaan peralatan untuk mengangkat dan menunda
3.      Persiapan untuk penanganan muatan diatas kapal
4.      Transfer personel dari kapal keinstalasi lepas pantai oleh personel basket.
5.      Transfer personel dengan kapal secara aman

4.  Sebutkan persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan towing operation. Gambarkan dan sebutkan nama bagian-bagian (peralatan) dari towing arrangement!
Jawab:
a.     Melaksanakan Tool Box Meeting sebelum pelaksanaan towing operation kepada seluruh crew yang akan terlibat, dibahas tugas dan tanggung jawab masing-masing. Pastikan kondisi setiap crew dalam keadaan prima sebelum melaksanakan tugas.
b.   Melakukan pemeriksaan dan memastikan semua alat-alat towing dalam keadaan siap pakai misalnya: Towing winch dapat menarik dan mengulur wires, Shark jaw dapat membuka dan menutup, Towing Pin dapat menahan wire, Lifter pin dapat naik turun untuk memudahkan proses pelepasan/pemasangan wire, Tugger wire dapat menarik wire.
c.   Persiapan peralatan di deck seperti shackle (biasanya dengan SWL 85 ton), Tugger wire dikeluarkan dan standby di deck. Peralatan bantu linggis, hook, palu, split pin dan sebagainya harus siap.
d.   Semua peralatan komunikasi harus dipastikan dalam kondisi baik dan lancar baik antara anjungan deck atau kapal dengan barge/RIG.
e.      Gambar Towing Arrangement:


5.      a. persiapan apa saja yang dilakukan sebelum pelaksanaan anchor handling (deployed) di deck?
b. Gambarkan Arrangement dari persiapan di deck tersebut!
Jawab:
a.      persiapan apa saja yang dilakukan sebelum pelaksanaan anchor handling (deployed) di deck antara lain:
1.      kapal melaksanakan Tool Box Meeting sebelum melaksanakan Anchor Handling dan Job Safety Analysis kepada seluruh crew yang akan terlibat, didalammnya dibahas tugas dan tanggung jawab masing-masing crew. Dipastikan kondisi crew dalam keadaan prima sebelum melaksanakan tugas.
2.   Melakukan pemeriksaan dan memastikan semua alat-alat towing dalam keadaan siap pakai misalnya: Towing winch dapat menarik dan mengulur wires, Shark jaw dapat membuka dan menutup, Towing Pin dapat menahan wire, Lifter pin dapat naik turun untuk memudahkan proses pelepasan/pemasangan wire, Tugger wire dapat menarik wire.
3.    Persiapan peralatan di deck seperti shackle (biasanya dengan SWL 85 ton), Tugger wire dikeluarkan dan standby di deck. Peralatan bantu linggis, hook, palu, split pin dan sebagainya harus siap.
4.    Semua peralatan komunikasi harus dipastikan dalam kondisi baik dan lancar baik antara anjungan deck atau kapal dengan barge/RIG.
b.      Gambar Arrangement dari persiapan di deck



6.      terdapat 4 cara dalam pelaksanaan pengambilan jangkar (anchor Recovery) jelaskan salah satu cara tersebut disertai tahap-tahap tersebut!
Jawab:
1.      Suit Case
2.      Cross Buoy
3.      Gravity anchor
4.      Chain Chaser

Tahap-tahap Anchor Recovery dengan cara Chain Chaser:
·         Kapal bergerak mundur perlahan-lahan mendekati semi submerge
·         Setelah jarak cukup dekat (dalam jangkauan crane kapal) berhenti
·         Crane dari semi submerge akan mengirim chain chaser
·         Shocket pada chain chaser ditahan di shark jaw/camfork
·         Anchor handling wire disambungkan pada socked chain chaser dengan menggunakan kenter link
·        Kemudian kapal menuju perlahan kearah anchor position. Disaat yang sama anchor handling wire terus diarea
·      Pada saat kapal menerima tension yang cukup besar berarti chain chaser sudah tersangkut pada jangkar
·         Kapal berhenti dan maintain position, anchor handling wire ditarik
·    Pada saat jangkar sudah berada pada stern roller kapal memutar haluan 1800 (haluan menghadap ke semi submerge)
·         Kapal maju pelan disaat yang sama semi submerge menarik anchor wire
·      Pada saat kapal sudah cukup dekat dengan semi submerge kapal berhenti dan memutar haluan buritan menghadap ke semi submerge
·         Anchor handling wire di disconnect dari chain chaser
·         Kemudian crane akan diturunkan ke deck dan chain chaser dikembalikan ke semi submerge dengan menggunakan crane.

7.   Sebutkan persiapan dan tindakan apa saja bagi kapal tunda (Towing Operation) yang akan melewati alur pelayaran sempit!
Jawab:
a.      Check stabilitas dan trim kapal, draft kapal harus kurang dari kedalaman alur pelayaran sempit tersebut
b.      Memastikan peralatan navigasi seperti radar, echo sounder, Doppler speed log, GPS, kompas dan sebagainya berfungsi dengan baik
c.       Peralatan komunikasi seperti VHF Radio dan walkie talkie berfungsi dengan baik dan crew kapal dalam keadaan siap apabila terjadi emergency
d.      Perhitungkan dan periksa keadaan arus dan pasang surut daerah alur tersebut
e.      Sebelum memasuki alur pelayaran sempit terlebih dahulu memendekkan tali towing, minimal 50-80 meter supaya barge/RIG mudah untuk dikendalikan olah geraknya
f.        Mesin beserta telegraph, kemudi manual dan darurat berfungsi dengan baik

8.      Pada umumnya Tool Box Talk dilakukan sebelum melaksanakan kegiatan baik itu kegiatan rutin maupun kegiatan khusus. Sebutkan apa saja isian dan jelaskan dari Tool box Talk sebelum melaksanakan Anchor Job!
Jawab:
a.      Nama kapal
b.      Hari, tanggal dan lokaso Tool Box Meeting
c.       Aktivitas kerja yang akan dilaksanakan
d.      Daftar crew yang menghadiri Tool Box Meeting/Talk
e.      Daftar peralatan yang digunakan dan peralatan perlindungan diri
f.     Tindakan-tindakan pencegahan untuk menghindari bahaya kecelakaan pada saat melaksanakan pekerjaan Anchor Job agar menghindari bahaya yang akan terjadi

9.      Dalam pelaksanaan Anchor Handling Job terdapat beberapa system
a.      Buatlah skema dari Spring Buoy System!
b.      Apa tujuan Spring Buoy System tersebut?
c.       Bagaimana tahapan-tahapan dalam pelaksanaan Deployed Anchor dengan system tersebut diatas?
Jawab:
a.

b.      Tujuan dari Spring Buoy System adalah untuk menghindari benturan atau kerusakan pada dua instalasi atau lebih ditempatkan yang berbeda namun keduanya dilintasi oleh anchor line.
 c.       Tahapan-tahapan saat melakukan Deployed Anchor dengan System Spring Buoy yaitu:
1.      Jangkar diletakkan di deck lalu disambung dengan anchor Chain, Jangkar ditutunkan ke Stern Roller, Kapal menuju target.
2.      Sampai di target jangkar diarea sampai dasar laut. Kapal maju sampai kearah mana RIG atau  barge akan masuk , rantai tetap di area sampai ujungnya masuk ke Shark Jaw.
3.   Wire Rope Section 1 disambung dengan rantai jangkar lalu di area sampai ujungnya (Socket) masuk ke Shark Jaw
4.      Delta Plate pada Support Buoy pertama disambung dengan wire rope section pertama dan kedua
5.    Wire Rope Section 2 diarea sampai ujungnya (Socket) masuk di Shark Jaw dan Support Buoy pertama berada di air.

10.  Sebutkan dan jelaskan pertimbangan apa saja yagn harus diperhatikan pada saat hendak melaksanakan Anchor Mooring?
Jawab:
a.      Memperhatikan apakah titik peletakan jangkar bebas dari Pipe Line
b.      Memperhatikan keadaan cuaca dilokasi tersebut (angin dan arus)
c.       Panjang Penant Wire harus melebihi kedalaman air.

Minggu, 15 November 2015

MAKALAH..........



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
         Tujuan Penggunaan sistem container adalah penanganan muatan secara praktis dan efisien, akan tetapi selama penulis melaksanakan praktek berlayar di atas kapal MV. Manado CJN III-42, tujuan dari sistem tersebut belum sepenuhnya tercapai, yaitu terbukti dari sering terjadinya masalah yang timbul sehingga akan berpengaruh terhadap lamanya proses pemuatan dan pembongkaran muatan container.
         Dalam hal ini para pelaku operasi angkutan laut tidak terpaku pada perjalanan barang pada saat di atas kapal, menyeberangi lautan, akan tetapi seluruh proses yang dilalui barang kiriman atau cargo mulai dari pihak pengiriman sampai pada operasi teknisnya dan juga mencakup operasi penunjang seperti dokumen dan pemeriksaan barang. Langkah ini menandai mulainya pendekatan system dalam angkutan laut, dimana setiap unsur terlibat di dalam perjalanan cargo dari pintu gudang pengirim ke gudang penerima tidak lagi dipandang sebagai bagian tersendiri, akan tetapi sebagai suatu kesatuan yang dibuat bekerja sama untuk mensukseskan operasi angkutan laut yang efisien.
         Akan tetapi selama 14 bulan melaksanakan praktek berlayar, penulis mengamati banyak permasalahan yang timbul selama proses pemuatan maupun pembongkaran muatan container dengan meneliti penanganan muatan dengan container di atas kapal MV. Manado CJN III-42, banyak faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya permasalahan mengenai penanganan muatan container khususnya pada waktu memuat container ke atas kapal.
         Pada waktu kapal sandar di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, proses pemuatan dan pembongkatan container dengan menggunakan crane kapal mengalami hambatan. Dalam hal ini hambatan yang sering penulis temukan adalah pada saat akan memuat container di pelabuhan terjadi kerusakan pada crane kapal sehingga proses bongkar muat di tunda. Selain itu banyak faktor yang menyebabkan proses keterlambatan pemuatan antara lain tidak tersedia gantry crane,  terlambatnya muatan tiba di pelabuhan yang menyebabkan pihak kapal harus menunggu muatan yang akan dimuat, ini disebabkan karena kurangnya kendaraan yang akan mengangkut muatan container dari gudang ke dermaga.
         Penyebab kerusakan yang timbul dalam melaksanakan pemutaran seperti rusaknya crane kapal disebabkan karena berat muatan yang diangkat melebihi kapasitas daya angkat (SWL / Safety Weight Load) dari crane tersebut. Hal ini dapat membahayakan muatan dan akan menghambat proses bongkar muat serta meyebabkan timbulnya perselisihan / salah paham antara orang mesin (Engine Departement) sebagai penanggung jawab atas peralatan mekanisme di atas kapal dengan orang deck (Deck Department) selaku penanggung jawab muatan. Dari pihak Engine Department berasumsusi, mengapa orang deck mengijinkan pengangkutan muatan yang melebihi SWL, sedangkan dari pihak Deck Department sendiri tidak mengetahui kalau muatan tersebut melebihi SWL karena dalam daftar muatan tidak terdapat muatan yang melebihi kapasitas angkat crane.
         Dari pengamatan tersebut penulis akan mengangkat hal ini, menjadi permasalahan dalam kertas kerja. Hal ini bertujuan untuk mencari pemecahan yang tepat dalam mengatasi hambatan-hambatan dalam proses pemuatan dan pembongkaran muatan container, namun dalam hal ini penulis memfokuskan untuk membahas hambatan-hambatan dan upaya untuk mengatasi keterlambatan proses pemuatan container seperti yang penulis sering alami selama melaksanakan praktek laut di kapal, dan sebagai bahan masukkan rekan-rekan pembaca yang berkecimpung dalam kegiatan ini.

B.     Rumusan Masalah
         Perumusan masalah dalam suatu penelitian sangat diperlukan untuk merinci masalah yang bersifat umum. Hal ini untuk mengarahkan kegiatan penelitian pada objek yang sebenarnya. Faktor-faktor  yang menyebabkan terjadinya keterlambatan bongkar muatan
         Jadi penulis merumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah :
-       Kurangnya peralatan bongkar muat di pelabuhan  yang akan digunakan untuk melakukan proses bongkar muatan container.
-       Tenaga kerja/buruh yang kurang ahli
-       Kurangnya tempat penumpukan muatan atau container
-      Crane kapal yang tidak memenuhi persyaratan di atas kapal penyebab terjadinya keterlambatan bongkar muatan di kapal MV. Manado CJN III-42
C.     Batasan Masalah
         Dari uraian permasalahan tersebut, maka penulis memberikan batasan masalah, yaitu :
Penelitian hanya dilakukan  pada alat-alat bongkar muat di MV. Manado CJN III-42 dimana penulis melaksanakan praktek laut (prala) yang kurang memadai sehingga mengakibatkan proses bongkar muat menjadi terlambat.
D.     Tujuan dan Manfaat Penelitian
         1.      Tujuan
a.   Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi peyebab terjadinya keterlambatan.
b.   Mengetahui usaha-usaha atau tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya keterlambatan.
         2.      Manfaat untuk pihak :
a. Perusahaan
Hasil penelitian ini akan berguna dalam meningkatkan etos kerja dari perusahaan sehingga hasilnya lebih efektif.
b. Kapal
            Keberhasilan dalam penelitian ini akan sangat banyak membantu meningkatkan efektifitas bongkar muat khususnya kapal container.
c.   Pelabuhan Bongkar Muat
      Merupakan acuan bagi para pelaksana bongkar muat khususnya muatan container di pelabuhan bongkar muat.
  
E.     Hipotesis
               Berdasarkan pada masalah pokok yang dikemukakan tersebut maka diduga bahwa penyebab terjadinya keterlambatan ialah :
1.      Lambatnya pihak darat dalam menyediakan fasilitas bongkar muat di dermaga.
2.      Crane kapal tidak memenuhi persyaratani di atas kapal